Awaiting day to day

Wow... sudah hampir satu tahun ya meninggalkan halaman blog ini, hehehe.
Tentu saja banyak sekali hal yang mau diceritakan, apalagi sekarang lagi exciting2nya menunggu kelahiran si buah hati ^_^

Alhamdulillah setelah 1 tahun kuratase dan 2 tahun pernikahan akhirnya saya berhasil hamil (lagi). Itu pun yang menjadi sebab saya menahan diri untuk menulis di blog ini, entah kenapa kejadian kuratase dan momen pemeriksaan kedua ke dokter kandungan pada kehamilan pertama cukup membuat trauma. Namun, akhirnya dikehamilan kedua yang menginjak bulan ke-8, yakni minggu ke 33 ini, saya sangat bersyukur dan yakin semuanya akan semakin baik-baik saja.

Well flash back nya cukup jauh juga kali ini ya, so let start from the first pregnancy moment:

KEHAMILAN BO (Blighted Ovum) - Juni 2014

Kehamilan pertama saya di bulan Juni 2014 hanya bertahan hingga minggu ke 10, pada saat kunjungan kedua ke Spog. Kehamilan saya awalnya diketahui pada minggu ke-6, malam sebelum TP, pulang kerja dengan menggunakan busway dari Halte Rawa Buaya - Halte Dukuh Atas, belum sampai Halte Dukuh Atas saat bermacetan di Bundaran HI dan dengan posisi berdiri )ga kedapatan tempat duduk), tiba-tiba saya merasakan sesak nafas dan muncul keringat dingin, padahal awalnya sehat-sehat saja. Saat itu saya ditemani teman kantor yang juga berdiri, tiba-tiba rasanya ingin pingsan dan mual, sampai akhirnya teman kantor saya tersebut meminta bangku dan mengambilkan minyak angin.
Besoknya saya ijin istirahat, dan entah kenapa feeling saya untuk minta dibelikan alat Test Pack ke suami, karena mungkin saya pun tidak merasakan sakit apa-apa. Siang itu saya TP dan ternyata positif, senang sekali rasanya setelah menanti 1 tahun dan jantung saya berdebar-debar begitu melihat hasilnya 2 garis. Bayangkan saja yang selama ini saya selalu mendapatkan 1 garis dan berakhir kecewa. Namun Alhamdulillah akhirnya saya bisa melihat 2 garis pada TP saya. Akhirnya Sore itu juga saya ke dr. Icksan Ambiar, di klinik Raden Inten-nya, dokter yang memang sebelumnya sempat menangani promil saya. Dan ternyata kehamilan saya sudah menginjak 6 minggu.
Saya ingat sekali kalau saat itu bertepatan dengan bulan Ramadhan, sehingga akhirnya saya memutuskan untuk tidak berpuasa karena hawatir akan mengganggu kehamilan saya. Kehamilan saya kali itu benar-benar plain, tidak ada rasa mual pada umumnya. Akhirnya diminggu ke-4 sesuai dengan jadwal kunjungan kedua, kalau tidak salah 1 minggu sebelum Hari Lebaran, saya kontrol ditemani dengan kedua orang tua, adik dan suami saya yang kebetulan merencanakan Lebaran di Bandung/Jakarta. 
Tidak ada perasaan buruk sebelumnya, hanya memang di kehamilan pertama emosi saya cendrung meledak-ledak, pun beberapa jam sebelum jadwal kontrol kedua, saya sempat berantem dengan suami saya. Begitu galau hati saya ketika dokter Icksan sendiri bingung mencari tanda kehamilan dalam janin saya. Kosong, tidak ada bayi di dalamnya namun kantung janin masih ada. dr. Icksan tidak berkomentar cukup panjang, saya hanya diminta agar datang 2 minggu lagi untuk dapat benar-benar memastikan tindakan selanjutnya.
Dijalan pulang hingga hari berikutnya perasaan saya kacau, penantian 1 tahun saya dan tidak berpuasa selama 1 bulan Ramadhan berasa sia-sia semua.
Akhirnya saya mencoba mencari other opinion, dimulai dari bidan dekat rumah dan ya, jawaban yang sama, menunggu 1 minggu lagi untuk kepastian janin berkembang atau tidak. Saya pun mencari-cari tahu mengenai kondisi kehamilan saya dan mendapatkan bahwa bahasa dokternya itu Blighted Ovum dan memang seringkali menghantui orang-orang PCOs namun kabar baiknya kejadian itu tidak akan berulang.
Tidak hanya itu, saya juga kembali mengunjungi dokter lainnya, dokter Irvan di RSIA Tambak, dan positif dari hasil USG, kantung janin saya semakin tidak berbentuk/kelihatan, dokter memastikan kalau kemungkinan terbesarnya memang BO dan harus kuret. Begitu kecewanya saya, merasakan Allah tidak adil dengan memberikan cobaan seperti ini, kenapa begitu mudahnya bagi orang-orang untuk hamil, bahkan bagi mereka yang belum menikah, apalagi sebagian dari mereka ada yang berniat menggugurkan kandungannya.
Akhirnya malam takbiran di 2014 saya mengalami flek, mau tidak mau saya mulai menerima kalau memang harus melakukan kuratase. Kebetulan saat itu ada kedua orang tua saya di Bandung, sehingga hari pertama lebaran setelah solat Ied di jakarta dan lebaran bersama mertua, saya dan suami pun memutuskan untuk ke Bandung.
Di Bandung, Ibu saya keukeh untuk mengambil tindakan secepatnya, akhirnya kami menghubungi RS Borromeus dan kebetulan sekali disana ada dr. Maximmus, dokter Spog yang selama ini menangani saudara-saudara saya dalam kehamilan dan persalinan. Akhirnya lebaran hari kedua itu saya kontrol ke dr Maximmus, dan hasil USG menunjukan bahwa kantong janin saya sudah mulai hancur. Pagi sekitar pukul 9 saya dapat antrian dokter Maximmus, dan Ibu saya langsung mengajukan tindakan kuratase secepatnya di hari itu juga. Alhamdulillah semua dilancarkan, dokter Maximmus mengiyakan untuk kuratase di pukul 2 Siang, saya pun berpuasa, jalan-jalan ke beberapa FO di kawasan Dago untuk menyantaikan diri dan menunggu jam operasi.
Bersyukur punya Ibu yang selalu memberikan support, mungkin kalau Ibu saya tidak meminta kuratase saat itu juga saya tidak akan punya keberanian untuk di Kuret dan pemulihan pun akan semakin lama.
Alhamdulillah jam 3 saya sudah siuman dan operasi kuret berjalan lancar. Tidak ada yang terasa sama sekali setelahnya, seperti biasa saja saya sudah bisa jalan-jalan, naik turun tangga. Memang canggih tampaknya metode operasi kuret saat ini.
Lalu bagaimana dengan Blighted Ovum yang saya alami? disebabkan oleh apa? jujur hingga saat ini saya tidak tahu pasti karena saya sama sekali tidak melakukan pemeriksaan lab lebih lanjut. Namun menurut dokter Maximmus pada saat kontrol 1 minggu setelah kuratase, Blighted Ovum bisa disebabkan oleh faktor bawaan dimana gen Calon Ibu dan Bapak tidak bagus bibitnya sehingga perkembangan janin terhambat. Apabila berkembang nanti calon bayi akan mengalami kecacatan, dan oleh sebab itu dr Maximmus memberikan list pantangan makanan yang cukup banyak baik untuk saya dan suami, dimana menurut dokter makanan tersebut yang dapat menumbuhkan gen-gen bawaan yang negatif dalam tubuh saya dan suami saya.

A YEAR AFTER CURETTAGE

Memang pada akhirnya, mau tidak mau saya harus terima dan berlapang dada dengan kenyataan bahwa janin saya tidak berkembang. Orang-orang disekitar saya menyemangati dengan mengatakan bahwa biasanya setelah kuret seorang wanita berada dalam masa subur dan akan mempermudah dirinya untuk hamil kembali. Namun kembali menghitung hari demi hari, bulan demi bulan, tidak ada tanda-tanda kehamilan saya alami. Kembali pernikahan-pernikahan dan kabar hamil yang saya dapatkan membuat saya makin kecil hati.
Namun mendengar kisah dari teman saya dengan keadaan yang lebih buruk dari PCOS dimana kemungkinan kehamilannya lebih kecil, saya menjadi percaya diri, bahwa saya sanggup untuk hamil, hanya menunggu waktu yang tepat.
Di bulan Ramadhan 2015, saya berusaha terus berdoa dan meyakinkan diri bahwa saya dapat hamil. Setiap sebelum solat Subuh saya selalu berusaha melakukan solat Tobat 2 rakaat. Karena menurut beberapa informasi yang saya dapat, terhalangnya doa seseorang dikarenakan ada hal-hal buruk yang dia lakukan selama hidupnya. Tidak lupa juga setiap sehabis solat subuh apabila Santu dan Minggu saya melakukan solat hajat 2 rakaat. Alhamdulillah selama Ramadhan itu puasa saya full, terakhir mens saya pada bulan Mei dan dengan kondisi PCOS yang saya alami mens saya berantakan siklusnya, sehingga di bulan setelahnya saya bisa full berpuasa.
Seperti biasa setelah solat Ied dan berlebaran pertama di rumah mertua, saya san suami mengunjungi kedua orang tua saya yang kali ini memutuskan berlebaran di Palembang (tidak pulang mudik), akhirnya saya selama seminggu menikmati liburan di Palembang. Masih ingat ketika itu saya menyempatkan diri membeli Test pack karena kebetulan sudah 2 bulan tidak mens, dan ternyata (tanpa perasaan kecewa-karena sudah terbiasa) saya kembali mendapatkan hanya 1 garis pada Test Pack saya.
Sesampainya di Jakarta, dengan niat melanjutkan beribadah lebih baik setelah bulan Ramadhan, saya mengingat bahwa ada nazar saya dari tahun 2013 yang belum terlaksana, yaitu berpuasa Senin-Kamis selama 2 Bulan berturut-turut, saya pun melanjutkan puasa sesuai Nazar tersebut, dan Alhamdulillah terlaksana 1 bulan pada bulan Agustus, dan diawal September menghadapi hambatan karena sakit flu yang cukup berat sehingga saya harus berhenti dulu melanjutkan Nazar saya tersebut. Pun selama melaksanakan Nazar tidak lepas dari Solat Tobat yang biasa saya lakukan pada saat puasa Ramadhan.
Di awal bulan September, karena masih belum mendapatkan mens saya mencoba untuk kontrol ke RSIA Hermina Jatinegara dan mendapatkan info bahwa ada salah satu dokter yang cukup bagus menangani masalah PCOS yaitu dr Muharam. Akhirnya malam minggu saya yang terlebih dahulu mendaftarkan diri dan mendapatkan nomor antrian 20 (terakhir) mendatangi RSIA Hermina Jatinegara. Saya datang cukup malam sekitar pukul 8 tiba disana, karena mendapatkan info dokternya telat datang, alhasil saya baru masuk ruangan kontrol pada pukul setengah 12 malam. Lelah? Tentu saja, saya pun kecewa begitu mendapatkan dokter dengan keadaan yang lebih lelah dari saya. AKhirnya dilakukanlah USG Trans Vagina dan dokter mengatakan kalau saya tidak hamil. Kembali duduk di meja konsultasi setelah USG Trans Vagina, dengan kondisi mengantuk dokter menyarankan saya untuk kembali promil dari awal dan memberikan resep obat untuk mengeluarkan haid. Kecewa? Sangat, saya membayar cukup mahal untuk konsultasi dan berharap mendapatkan pelayanan terbaik, tapi justru dengan keadaan dokter yang mengantuk membuat saya tidak puas, bahkan Form tes Lab yang dibuatkan dokter pun banyak coretan karena beliau menulisnya sambil mengantuk. Itu pun yang akhirnya menjadikan saya untuk tidak kembali lagi memilih RSIA Hermina Jatinegara dan menolak melakukan saran dari dokter tersebut.

GIFT from ALLAH on Eid al Adha

Tidak ada yang tidak mungkin apabila kita selalu yakin dan berserah diri dengan tetap berusaha, tepat di hari Idul Adha, pagi hari sebelum Solat Ied, entah mengapa saya ingin sekali melakukan Test Pack, dan memang sudah saya beli di hari sebelumnya sepulang kerja. Antara yakin dan tidak yakin dengan berbekal doa sebelum menjalankan Ibadah Solat Idul Adha (yang menurut saya momentnya adalah sangat tepat), saya memberanikan diri dengan mengumpulkan rasa iklas untuk melihat hasil Test Pack kali ini, dan yeayyyy!!! Alhamdulillah, doa saya selama ini terjawab.
Akhirnya dengan rasa penasaran dan antusias saya dan suami sampai mencari bidan di dekat rumah yang buka pada hari libur itu, sayang sekali tidak ada, akhirnya sambil menunggu waktu, pulang kantor di hari Jumat Malam saya periksa ke dokter umum yang punya alat USG canggih di dekat rumah, Subhanallah ternyata kehamilan saya menginjak minggu ke 10 dan terlihat jelas bentuk janinnya disana, bukan hanya kantung janin. Sangat bahagia rasanya, dan atas nasihat ibu mertua saya pun berniat untuk mengunjungi dokter Iksan kembali di hari Sabtu keesokanya.
Kembali menemui dr. Iksan, hasil pemeriksaan dr. Iksan pun tidak jauh berbeda, ukuran kandungan sudah 11 minggu, keadaan janin sehat. Alhamdulillah, senang sekali rasanya, beruntung saya tidak mengikuti saran dokter SPOG di RSIA Hermina Jatinegara untuk meminum obat haid, bayangkan jika tanggal 25 September saja usia kandungan sudah 11 minggu seharusnya pada saat kontrol di Hermina (awal September) sudah terlihat kantung janin paling tidak, apa alat USGnya kurang canggih ya? atau dokternya yang mengantuk dan melakukan USG terburu-buru? Entahlah, namun saya yakin apapun itu ini mukjizat yang diberikan Allah dan harus saya jaga :)
Kontrol berjalan seperti biasanya setiap 1 bulan sekali hingga di bulan November hanya berjarak 1 minggu saya harus kontrol ke dr Irvan di RSIA Tambak sepulang kerja karena merasakan ada flek. Alhamdulillah setelah pengecekan dr Irvan hanya bilang bahwa itu keputihan yang berlebihan dan tidak perlu dihawatirkan. Dan saat itulah juga di usia kandungan 4 bulan saya mengetahui bahwa janin yang saya kandung adalah (Insyallah) berjenis kelamin laki-laki.
Akhirnya, dengan alasan lebih dekat dari rumah, untuk kontrol selanjutnya hingga saat ini saya masih mengunjungi dr Irvan di RSIA Tambak. Pengalaman saya selama kontrol dengan dr. Irvan, dengan ruangan yang sangat amat nyaman, alat USG yang canggih dan dokter yang detail menjelaskan hasil USG saya cukup puas, kenapa cukup? karena harganya lumayan untuk USG 2D yang 400rb an sekalinya, hiks... tapi untuk saya dan suami saat ini yang terbaik buat calon bayi dalam kandungan saya. Oya sayangnya juga kontrol dnegan dr, Irvan hasil USG ga dikasih ke kita, namun jadi dokumen dokter dan semuanya akan diberikan pada saat lahiran nanti.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Craving more to have baby...

Melahirkan putri cantik ku di RSIA Tambak

Review dokter spesialis anak