Dan saya pun memutuskan untuk menikah…
“I love being in relationship, I like to be a wife also mom, and I like to have a child”
Tidak ada yang
salah rasanya membaca (mendengar) kalimat di atas ini. Ya sekarang saya tengah
mempersiapkan pernikahan saya. Sebagian orang bilang saya masih terlalu muda
untuk menikah, meski sebagian orang pun bilang umur saya sudah cukup untuk
menikah. Tapi buat saya, keyakinan dan niat saya untuk membangun rumah tangga
bersama seseorang yang bertanggung jawab cukup menjadi alasan saya untuk siap
menikah. Ya, saya ingin menikah pada umur saya yang ke-25 nanti. J
“I was hurt before, I was sick and broken”
Dua
tahun lalu, hidup saya sempat kelam. Saya sebut keadaan saya sebagai
“ketidaksadaran” diri. Saya berada jauh dari keuarga saya, saya sempat mengenal
seorang pria berisitri. Saya sempat hampir menghancukan pernikahan orang lain.
Semua yang saya lakukan saat itu benar-benar di luar kendali, saya tidak dapat
berpikir dengan akal sehat saya.
Saya kenal dia di masa kuliah
dahulu, saat itu kondisi saya tengah down, dimana saya baru saja diputuskan
oleh pacar saya yang sudah menjalani hubungan jarak jauh selama hampir 4 tahun.
Disaat itu saya tengah menjalani persiapan untuk skripsi saya. Sebelumnya saya
sudah kenal dia sebagai temen dugem saya di salah satu venue di Bandung. Dia
bekerja di Jakarta, dari yang awalnya curhat-curhatan munculah kesukaan satu sama
lain itu, apalagi saat itu kondisi saya sedang terpuruk. Akhirnya kami pun
memutuskan untuk berpacaran jarak jauh Bandung-Jakarta.
Jalan 4 bulan pacaran, dia
selalu mensupport saya untuk menyelesaikan skripsi dengan cepat, salah satunya
adalah agar saya bisa segera bekerja di Jakarta agar kami bisa dekat satu sama
lain. Disaat tengah sibuk mengerjakan skripsi, penelitian dll, siang itu saya
mendapatkan panggilan telepon dari seorang wanita yang mengaku sebagai istri
dari pacar baru saya ini. Rasanya seperti tersambar petir mendengar itu semua,
banyak pertanyaan yang ingin saya ajukan, namun tidak lama hubungan telepon
terputus, dilanjutkan dengan buny telepon dari pacar baru saya ini yang
mengatakan “Tadi kakak saya becanda, ini kamu ngomong sama dia yah” kemudian
seorang perempuan ngobrol dengan saya dan mengiyakan hal tersebut.
Saya memang belum kenal dekat
dengan keluarganya, hanya saja kenal dengan beberapa temannya, namun cuman
sebatas kenal. Saya pun mulai tenang begitu mendapat penjelasan darinya. Namun,
beberapa hari dari itu, sebuah panggilan telepon dari nomor yang tidak saya
kenal, ternyata teman pacar saya kemudian mengatakan “Dia kan sudah punya
istri, kamu tau tidak kalau karena kejadian istrinya menelepon kamu kemarin
sampai dia pukul istrinya.” Saya kaget mendengar laporan itu, disusul dengan
perkataan “Udah punya anak kok, umurnya udah 2 tahun, ya udah kalo ga percaya
ga papa, cuman tolong jangan bilang saya yang ngadu ya.” Yampun, saya
bener-bener sedih mendengarnya, tidak tahu harus percaya siapa. Meski hubungan
ini baru berjalan selama 6 bulan, nanmun kenyamanan dan kecocokan berhubungan
bersama dia benar-benar terasa yang menumbuhkan perasaan saya sudah dalam
kepadanya. Kemudian saya menghubunginya ditengah-tengah kesibukannya bekerja untuk
menanyakan kebenaran laporan itu, kemudian dia berkata “Kamu dengar dari siapa?
Ini kalo ga percaya tanya sama temen (kerja saya) disini ya.” Lalu diberikannya
kepada temannya tersebut yang mengatakan bahwa berita itu tak benar.
Hubungan saya dengan dia pun
kembali baik, sampai akhirnya saya mendapati gejala aneh dari dirinya. Saya
mulai mencari-cari kebenaran sendiri, mencari tahu setiap ada keganjalan yang
terjadi pada sikapnya, hingga semuanya terbukti. Betapa kecewanya saya begitu
tahu semua itu benar, dan semua pembelaan dia hanyalah kebohongan semata, rasa
sedih diatas kemarahan saya. Dan entah kenapa, entah karena perasaan satu sama
lain yang mendalam, akhirnya saya maafkan dia dan menerima keadaan saya (ga
sanggup jelasinnya).
Hampir dua tahun saya
menjalani hubungan (terlarang) ini, selama itu pula saya diperlakukan tidak
layak (sebut saja ketika saya harus mengumpat untuk mengunjunginya, dan sempat
diusir oleh kakaknya serta dicaci maki oleh keluarga dan teman-temannya), dan
semua saya terima atas dasar cinta saya kepada dia. Ya, karena (pada saat itu
saya berpikir) dia yang terus support saya hingga saya lulus kuliah dan dia
selalu mengajari saya banyak hal mengenai hidup.
Saya pun akhirnya lulus
kuliah dengan segala macam pikiran yang tercampur aduk serta masalah batin yang
berhasil membuat berat badan saya turun hingga 7 kilo. Lepas kuliah, saya
memutuskan untuk mencari kerja di Jakarta agar bisa dekat dengan pacar saya
ini. Istrinya telah memutuskan untuk kabur ke daerah asalnya karena sering
mengalami perlakuan kasar dari dia pada saat saya dan dia sudah dekat di bulan
ke-6. Jangan tanya mengenai kekasaran yang dia lakukan kepada saya, ada kalanya
saya dipukul atau ditendang karena emosinya. Namun, entah kenapa saya selalu
memaafkanya meski disamping itu sumpah serapah saya selalu mengisi batin.
Mungkin karena sikapnya yang
mandiri, kuat serta pantang menyerah yang membuat saya suka, juga keromantisan
dan usahanya untuk membahagiakan saya disamping statusnya dan emosinya yang
membuat saya selalu menerima dia kembali serta memaafkanya. Ya, saya tidak
pernah menyesal mengenal dia, karena sesungguhnya saya belajar banyak dari itu
semua. Dia buat saya semakin kuat, melalui dia saya belajar untuk menjadi
mandiri dan tidak pernah menyerah, melalu dia saya belajar untuk mengecilkan
masalah.
“Believe that Allah always have a best plan for you, you just need to pray and try, give the rest to Allah”
Ya, semakin keras dunia
mengajarkan saya arti hidup, semakin berat kepala saya menahan beban pikiran,
semakin banyak tangis yang menetes dari mata saya, Allah selalu punya alasan
mengapa itu semua harus terjadi lebih dulu.
Pernah suatu saat saya
mengiris tangan saya saking menyerahnya saya pada keadaan ini, dan Allah masih
sayang pada saya untuk membuat saya tetap baik-baik saja setelah itu. Semua
beban pun menjadikan saya setiap harinya makin kuat, setiap hari selalu saya
panjatkan doa, hingga akhirnya Allah membukakan jalan keluar kepada saya.
Hari itu, selepas makan siang
di kantin kantor, seperti biasa saya dan teman baik saya (perempuan-sudah
menikah) memutuskan untuk merokok di smooking room kantor. Dikenalkanlah saya
pada seorang anak baru di divisi finance, sebelumnya temen saya sempat cerita
kalau ada anak baru di divisinya (dan dia berniat menjodohkan saya dengan
laki-laki ini, karena prihatin dengan kisah asmara seperti yang saya ceritakan
diatas), dan sebenernya saya sudah sering liat anak baru ini, hanya saja belum
sempat kenalan.
Kami mengobrol seperti biasa,
dan dari situ seringkali kami bertemu untuk sekedar makan siang bareng atau
merokok. Beberapa kali kami (saya, dia dan teman-teman kami) nongkrong
(karaoke) bareng diluar jam kantor. Berawal dari perjalanan saya mengunjungi
teman baik saya dirumahnya, saat tu saya cuman berdua dengan si lelaki ini,
saya pun mulai bercerita tentang kisah asmara saya (yang menyedihkan ini). Saya
tidak pernah bermaksud membuka aib atau mendapatkan simpati dari orang-orang,
namun saat itu saya hanya ingin berbagi saking beratnya beban yang saya
tanggung. Dan mulai sejak itu, seringkali saya sharing atau diajaknya kumpul
dengan teman-temanya (dengan alasan untuk meringankan beban saya).
Sampai akhirnya kedekatan itu
berubah menjadi rasa sayang, ada perhatian yang saya tunjukkan kepadanya yang
lama kelamaan berbuah kecemburuan yang dia perlihatkan pada saya karena
hubungan saya dengan pacar saya ini. Dan mungkin terjawablah doa saya saat itu…
“I never thought it before, but maybe you are the angel that Allah sent to me after all this pain”
Tidak berlebihan kalau saya
katakan ini adalah kuasa Allah swt. Ya setelah sebelumnya saya coba dekat
dengan beberapa laki-laki untuk menjaga saya dari pacar saya. Semakin besar
rasa sakit yang saya rasakan akibat hubungan saya dengan pacar saya ini,
membuat semakin kuat dan semakin besar keyakinan saya untuk meninggalkan dia.
Hanya saja pada saat itu saya ketakutan atas segala ancaman memukuli saya
(bahkan pernah hampir membunuh saya) ketika saya kedapatan kabur dari dia. Oleh
karena itulah, saya berniat mencari laki-laki yang bisa menjaga saya dari dia.
Kemudian beberapa laki-laki
pun dekat dengan saya, bersamaan dengan itu saya berdoa untuk mendapatkan
pekerjaan di tempat baru sehingga bisa jauh darinya. Lucunya, tidak ada satu
lelaki pun yang awet berhubungan dengan saya (dikarenakan mereka tidak bisa
selayaknya jadi pacar saya dengan status saya yang seperti itu, dan saya pun
tidak yakin dengan keberadaan mereka akan buat saya lebih nyaman). Selain itu,
saya pun pernah mendapat tawaran interview dimana user sangat menyukai saya
untuk bekerja disana, sayangnya saat itu (entah mengapa saya melanggar janji
saya kemudian) saya memberi tahu kepada pacar saya atas penawaran kerja di
tempat baru itu, kebetulan GMnya tidak suka pada saya sehingga saya urung
bekerja disana.
Kedekatan saya dengan teman
baru saya di kantor makin erat pada saat persiapan pernikahan kakak saya dimana
saya seringkali merepotkan dia untuk urusan antar mengantar. Ditambah lagi
dengan dukungan teman-teman saya dan teman nongkrongnya untuk menjadikan
hubungan ini. Dan sesuai dengan doa saya, datanglah sebuah tawaran kerja di
tempat yang lebih baik (bahkan lebih baik daripada tawaran kerja sebelumnya),
dan surprising!!! Saya diterima bekerja di tempat baru itu. Dan tanpa basa/I,
tanpa pikir panjang, semua doa saya terkabul sudah, seorang laki-laki yang
membuat saya nyaman sekaligus dapat menjaga saya dan sebuah pekerjaan baru
sebagai jalan keluar. Akhirnya segala persiapan dengan dibantu teman-teman
saya, saya pun menghilang dari pacar saya ini. Hanya sebuah sms yang berisikan
“Maaf, saya ga bisa lagi jalani hubungan ini, terima kasih, jangan cari saya
lagi”. Dan setelah itu hand phone saya berbunyi menandai panggilan masuk dan
sms darinya yang tidak saya terima bahkan baca satupun. Yaaah saya merasakan
kebebasan itu, sungguh tanpa cela, tanpa beban, saya tersenyum, semuanya sudah
berakhir.
“You will never win unless the war is
really done”
Ya, tidak ada yang bisa
menebak kejadian setelah itu. Kebahagian saya memulai kehidupan baru, di tempat
kos yang baru, kantor baru dan pacar baru J. Satu bulan tanpa
komunikasi apapun dengan mantan saya (kecuali dia yang selalu menghubungi saya
tak berhenti) sampai akhirnya datang mimpi buruk itu. Dulu, teman-teman saya
tidak ada yang percaya kalau mantan saya akan berbuat nekat (mempermalukan diri
dengan membuat ribut di depan banyak orang) dan ya, dia lakukan itu di kantor
baru saya.
Entah upaya apa yang dia
lakukan hingga akhirnya dia tahu kantor baru saya ini. Seperti disambar petir
di siang bolong. Saat itu tengah bulan Ramadhan, dia mengunjungi saya di kantor
baru saya, dan ya dia berhasil mempermalukan saya. Percuma saya berusaha tutupi
keadaan saya di kantor lama dan tetap saja semuanya dia lakukan justru di
kantor baru. Tapi sekali lagi, Allah masih amat sangat menyayangi saya, tak ada
satupun teman di kantor baru saya memojokan, bahkan mereka membantu saya keluar
dari masalah ini.
Akhirnya dengan bantuan pacar
baru saya, saya berhasil keluar dari kejaran mantan saya, malam itu pacar
(baru) saya bermaksud untuk menuntaskan masalah ini dengan menemui mantan saya,
namun sayangnya mantan saya ini terlampau takut untuk bertemu dengan pacar
saya. Sampai akhirnya dia hanya memutuskan semuanya melalui hubungan telepon.
Ya, semuanya berakhir disini,
akhirnya mereka orang tua saya, orang yang paling saya takuti untuk tahu
masalah ini, pun tahu semuanya. Mantan saya memfitnah saya segala macam hingga
orang tua saya, yang saat itu berada jauh (di kota lain) shock mendengarnya.
Namun, dengan bantuan pacar saya semuanya pun selesai. Yes it’s really done.
“When life give you a choice to choose, life also give
you a time to grow up called process”
Jangan pernah menyerah karena
semuanya tidak akan berakhir sampai Allah yang memutuskan untuk berakhir.
Sungguh, perlu waktu untuk mulai membiasakan diri dengan orang lain. Meski
tidak ada beban bahkan rasa ingin kembali ke masa lalu, namun sikap untuk
membandingkan itu selalu ada. Dan itu semua akhirnya membuat pertengkaran
antara saya dengan pacar saya. Kami tak pernah tahu kapan sebenarnya kami
jadian sebagai seornag pacar, kami hanya ingat bulan saat kami bertemu, dan
buat kami, itu sudah menjadi saat dimana kami menaruh hati satu sama lain.
Saat itu sudah setahun lebih
dari sekarang, dan selama setahun itu, hubungan kami naik turun, berbagai
ketidakcocokan kami bentuk menjadi kecocokan dengan sikap saling menghargai dan
pengertian satu sama lain. Hingga akhirnya kami merasa makin yakin dan nyaman
dengan hubungan ini, hubungan dimana kami berdua belajar untuk jadi dewasa dan
lebih baik. Dimana segala perdebatan dan kemarahan jadi pelajaran bagi kami
berdua. Ya, sebuah kutipan yang saya suka sekali ‘hubungan yang sehat adalah hubungan yang dapat berubah dan berevolusi
sesuai dengan tahapan kehidupan kita -unknown’ , itulah kami.
Bertemu dengan kamu adalah jodoh buat aku, hingga
akhirnya aku memutuskan untuk mempersiapkan pernikahan kita di 2 Juni 2013
Note:
Hei sayang, apa pernah kamu berpikir untuk ketemu aku
sebelumnya? Setelah kamu putus dengan mantan kamu yang kamu sayangi itu
sebelumnya? Setelah kamu kecewa mendalam karena dia dan memutuskan untuk
menjomblo (tidak serius berpacaran dahulu) selama x tahun ini?
Apa pernah kamu menghayalkan bekerja di tempat yang bukan
bidangmu ini? Bukankah awalnya bekerja disini (ditempat awal kita bertemu)
adalah iseng-iseng saja buatmu? Dan pada akhirnya (sekarang) justru kamu
kembali bekerja di bidangmu seperti sebelumya?
Apakah kamu pernah berpikir untuk jatuh cinta padaku? Seorang
perempuan yang dengan lugu menceritakan kisah (aib)nya ini?
Lalu kalau
bukan kuasa Allah, kita harus sebut ini apa?
“Getting married is not my best decission, but getting
married with you is my best decission” :)
Komentar
Posting Komentar